Rabu, 25 Februari 2009

Mutanologi Hubungan SBY-JK


Penantian DPD Golkar untuk menunggu pinangan SBY berakhir dengan lontaran JK yang akan maju sebagai calon presiden pada pemilu mendatang. Hal tersebut ditaksir mirip dengan parodi mutanologi politik, yang mengakibatkan efek diskontinuitas dalam pemerintahan.

Dimulai dari Wakil ketua umum Partai Demokrat (PD) yang mengeluarkan pernyataan nyeleneh, kemudian meyakitkan kalangan Golkar, dan ketua Dewan Pembina PD Yudhoyono tidak menggelar jumpa pers khusus untuk menegur dan kemudian meluruskan kekeliruan Ahmad Mubarok sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat yang memperkirakan perolehan suara Golkar dalam pemilu legislatif April sekitar 2,5 persen saja.

Maka Ekses dari peristiwa tersebut menimbulkan beragam tanggapan, kasus itu dijadikan pelatuk untuk memprovokasi pecahnya aliansi SBY-JK, seperti efek mutanologi yaitu tumpang-tindihnya hubungan politik yang mengakibatkan efek diskontinuitas pada pemerintahan. Kemudian munculah beberapa respon, diantaranya PKS yang rencananya ingin menyandingkan JK dengan Hidayat Nur Wahid, atau hasil survei Rapimnas Golkar 2008 yang menyatakan bahwa JK lebih cocok dengan Hamengku Buwono X.

Singkatnya, hal tersebut merupakan gejolak wacana perpolitikan yang mesti ditengarai efeknya dalam rentan waktu mendekati pemilu 2009. apalgi pemerintahan harus terus berjalan, walau menjelang pesta demokrasi. Carut-marut negera juga masih rentan. Biasanya semakin dekat hari pelaksanaan pemilu, iklim politik akan semakin sensitif. SBY-JK yang awalnya tenang ditengah panasnya gemuruh PDIP yang sibuk mencari pasangan Megawati menjelang dan sampai Rakernas PDI-P di Solo, kini disusul aliansi SBY-JK yang goyang.

Konflik SBY-JK

Dalam sejarah pemerintahan SBY-JK (2004-sekarang) bukan saat ini saja terlihat retak hubungan keduanya, tercatat lima kali sudah konflik itu terjadi.

Pertama, pada agustus 2005, JK diragukan dapat, menyelesaikan perjanjian damai Aceh di Helsinki. Kemudian SBY meminta menko Polhukam Widodo AS, penasihat dalam tim itu untuk berpidato sedangkan JK meminta Hamid Awaludin yang merupakan juru runding untuk berpidato. Kedua, pada Juni 2007 kunjungan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yeuw ke Indonesia memuji konsep pembangunan Indonesia yang dijelaskan kepadanya dan menyebut JK sebagai the real president. Membuat SBY iri hati.

Ketiga, pada September 2008 Dino dalam konferensi pers mengatakan Presiden SBY menugaskan Wapres JK membantu penyelesaian konflik Thailan Selatan, atas penjelasan itu Wapres menegur juru bicara presiden Dino Patti Djalal yang telah memberi keterangan soal pertemuan penyelesaian konflik Thailand Selatan. Keempat, pada februari 2008 dalam kunjungan menlu AS Hillary Clinton, JK ingin bertemu Hillary karena ingin menitipkan proposal perdamaian Palestina-Israel, tapi oleh protokol Deplu tidak diagendakan.

Kelima, pada februari 2008 juga pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ahmad mubarok soal kemungkinan perolehan suara golkar hanya 2,5 persen dalam pemilu 2009 langsung ditanggapi JK, selanjutnya SBY melanjutkan konferensi pers meminta maaf. Bisa jadi saat ini adalah puncak dari domino konflik SBY-JK, apalagi dengan dekatnya pemilu 2009.

Pelajaran Mutanologi Politik

Beberapa hal yang mungkin dapat dipetik pelajarannya dari peristiwa ini adalah: pertama, kisruhnya iklim politik dan pemerintahan bila seseorang merangkap jabatan inti dari keduanya. Hal ini ada pada SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan JK Sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Sedangakan di pemerintahan mereka memiliki posisi sebagai presiden dan wakil. Seterusnya rangkap jabatan sentral harus diatur lebih ketat dalam undang-undang agar tidak tumpang-tindih.

Kedua, terjadinya provokasi politik yang tidak sengaja akan menimbulkan iklim politik menjadi panas. Ahmad Mubarok sebagai Wakil Ketua Umum PD menimbulkan efek invasi dari partai Golkar yang kembali menghasut JK untuk siap mencalonkan diri menjadi presiden. Seterusnya tindakan elit partai politik sekecil apapun harus lebih hati-hati dalam kaitannya dengan persinggungan  isu yang belum tentu benar.

Dari dua pelajaran itu dapat diramal Hubungan SBY-JK akan mengalami Mutanologi pasca pemilu 2009, yaitu perubahan, rekombinasi, redesain, atau reposisi pada struktur politik yang memisahkan keduanya dan membentuk pasangan baru. Hal ini dapat masuk dari dorongan partai masing-masing, atau informasi media yang mempengaruhi masyarakat dan terus membahas tentang efek diskontinuitas ini. 
    
Pilihan politik apapun dari SBY dan JK tentu sah-sah saja. Namun, kita sebagai masyarakat hanya berharap agar pilihan-pilihan itu tidak mengorbankan kinerja pemerintahan hasil pemilu 2004 yang masih terus berlangsung sampai akhir Oktober 2009 mendatang. Itu artinya, kawin-cerai politik boleh-boleh saja asalkan kepentingan kolektif bangsa kita tetap menjadi prioritas.
   
continue reading Mutanologi Hubungan SBY-JK

Jumat, 20 Februari 2009

Insting Penulis


Aktivitas menulis dapat dilakukan siapapun, untuk menambah ketajaman analisis dan mendalami isu, penting memiliki naluri.

Kegiatan menulis bukanlah sebuah kegiatan yang berdiri sendiri. Untuk memulai tulisan paling tidak ada berbagai modal yang harus dimiliki oleh penulis. Membaca, diskusi, dan melatih diri untuk menulis adalah modal yang sekaligus roda perputaran yang berpengaruh terhadap kualitas pemikiran. Singkatnya, orang tidak akan dapat menulis kalau tidak membaca, lemah daya analisa karena kurang mengkaji.

Integritas dari kegiatan ini seringkali timpang tidak seimbang. Akhirnya, secara tidak sadar kita telah membodohi diri kita dengan alasan. Malas untuk menulis, tidak ada waktu mengkaji, atau pusing baca buku. Itulah yang sering kita lakukan. Lalu, bagaimana peradaban diri ini bisa berkembang lebih maju, bersiaplah ditindas perkembangan zaman, jika terus dihalang oleh “setan malas”. Dalam tulisan ini pembahasan kita akan mentikberatkan pada pembentukan habit, mengasah insting atau naluri penulisan.

Dasar dari insting penulis adalah “semua bisa jadi inspirasi”. Apapun yang dialami, dilihat, dibaca, didengar, dan dirasakan bermuara pada dasar tulisannya kelak. Bila hal tersebut sudah menjadi nafas, maka proses pembentukan insting pun berjalan. Hal penting lainnya adalah proses internalisasi, yaitu teknik mencerna informasi lebih hidup. Melakukan analisis inter-ekstra disipliner, merubah paradigma lama menjadi baru.

Insting Penulis

Dalam studi humanisme dan humaniora, yaitu bidang ilmu khusus yang mempelajari hakikat kemanusian, terdapat insting dasar yang dimiliki manusia untuk hidup. Hal inilah yang ingin saya asimilasikan dengan prikehidupan seorang penulis. Adapun insting tersebut: pertama, insting eros (survival), yaitu hal yang mendorong penulis untuk terus hidup dengan karya.  Mirip dengan kebutuhan primer, yaitu membaca, rekayasa inovasi, survival, pengalaman, inspirasi, kreativitas, dan sarana prasarana penunjang.

Kedua, Insting dominandi. Yaitu dorongan yang dapat memicu dan memacu kehendak seseorang untuk membuat suatu karya yang bermanfaat dan bernilaiguna. Bukan hanya sekedar mendapat prestige, atau ajang lomba belaka. Tetapi setiap karya yang dibuat harus relevan dengan dinamika kehidupan dan lingkungan, artinya ada kesesuaian antara kebutuhan masyarakat dengan solusi yang diberikan. Dalam ilmu discourse analysis dikatakan bahwa tulisan adalah gambaran keadaan/lingkungan dalam periode tertentu pada eranya.

Ketiga, Insting possendi. Yaitu dorongan yang dapat memicu dan memacu seseorang untuk berprestasi dan berhasil dalam berkarya, memberikan timbal balik terutama bagi lingkungan terdekatnya. Seperti sahabat, keluarga, dan pasangan hidupnya. Implementasinya dalam proses pembentukan insting adalah dalam perolehan inspirasi secara alamiah melalui interaksi sosial. Dapat berupa penelitian tentang perilaku masyarakat, atau fiksi berupa novel, cerpen yang mengulas kembali kisah hidup, dll. 

Keempat, Insting belajar. Menurut kodratnya manusia mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar, mampu berfikir mandiri, memiliki jiwa kompetitif dan kretaif. Sehingga ia pada akhirnya mampu mencapai pemenuhan diri yang optimal. Dengan begitu, sampai mati pun kegiatan belajar harus tetap dilakukan, karena tanggung jawab dan pemenuhan lahiriyah manusia. Apapun yang dilakukan, belajarlah yang menjadi orientasi utama.

Bekal Pemenuhan Insting

Untuk bekal mengasah insting penulisan, ada beberapa hal yang sekiranya dapat menjadi perhatian membentuk pola piker dalam bertindaka. Pertama, sikap keingintahuan dan ketekunan. Seseorang tidak akan termotivasi untukmencari tahu kalau di dalam dirinya tidak ada keinginan untuk mengetahui. Kapan, bagaimana, mengapa, merupakan teman yangs sejatinya berdamping dalam proses pembentukan insting. Kegigihan membuat seorang penulis tidak pernah berhenti menjawab pertanyaan.

Kedua, kepekaan dan keterlibatan. Penulis bukanlah mereka yang hidup dengan “kacamata kuda”. Ia “hidup” dimana saja, bergaul dengan siapa saja, serta memiliki kepekaan. Ketiga, memiliki kekayaan bahan (resourcefulness). Kekayaan bahan ini diperoleh dari banyak tempat, mulai dari buku-buku, wawancara, memandang realitas, keterlibatan dengan hal dan aktivitas. Intinya, berusahalah untuk dekat dengan sumber informasi.

Keempat, seorang penulis tidak ingin menikmati semua jawaban atau gagasan yang ia dapat dengan susah payah seorang diri. Penulis harus memiliki jiwa untuk berbagi dengan orang lain, yang belum membutuhkan jawaban dan pertanyaan-pertanyaan. Selain itu, seorang penulis juga harus memiliki jiwa sosial yang tinggi dalam kaitannya dengan sikap ideal. Sementara hal lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah mood dan inspirasi.

Mood dalam dunia penulisan merupakan suatu rasa yang mendukung berkembangnya gagasan atau ide dasar menjadi lebih terkonstruksi. Namun bukan untuk ditunggu, ia harus diciptakan dengan olah rasa atau mendalami intuisi. Sedangkan inspirasi dapat dating kapan saja. Oleh karena itu kita harus selalu membawa ikatan inspirasi dengan “mind book”. 
continue reading Insting Penulis