Rabu, 30 September 2009

Asuransi dan Ekonomi Inovatif 2009

Lembaga riset Taylor Nelson Sofres Indonesia (TNSI)  memastikan persaingan usaha pada tahun 2009 akan makin ketat. Oleh karena itu, butuh strategi dalam rangka mengembangkan sektor potensial ekonomi kreatif guna mendorong inovasi.disinilah asuransi memainkan peran untun bertransformasi kedalam ekonomi Inovatif.
 

Pendapat kebanyakan pakar ekonomi, tahun 2009 akan menjadi tahun yang sulit dan akan menjadi tantangan berat bagi perekonomian di seluruh negara, termasuk Indonesia. Indikasinya adalah resiko ekonomi yang semakin tinggi sehingga menimbulkan kelesuan masif dari pelaku kegiatan usaha, diiringi dengan menurunnya produktivitas dalam negeri, juga dampak dari depresi krisis ekonomi global yang diperkirakan akan terus mengalami kontraksi sampai 2010. Disinilah asuran menempatkan diri sebagai aktor utama penanggulangan resiko.

Dapat terlihat, Beberapa hal yang menjadi gambaran sulitnya dunia usaha adalah kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk menghindari resiko kerugian dan mengurangi beban akibat krisis keuangan global. Menurut data Tim Monitoring Dampak Krisis, jumlah PHK di Indonesia mencapai 17.446 orang, sementara yang telah direncanakan untuk di PHK mencapai 28.927 orang. Hal tersebut berakibat pada ketidakstabilan dalam tatanan sosial, kemiskinan akan bertambah, dan daya beli masyarakat akan menurun. Maka ditaksir meningkatnya minat masyarakat terhadap asuransi akan bertambah seiring dengan ketidakpastian dari fluktuasinya iklim perekonomian.

Sementara itu, tahun 2009 dunia usaha dalam negeri akan dihadapkan dengan ujian berat krisis investasi, baik dalam negeri maupun asing. Kemudian mengakibatkan investasi di sektor riil semakin mengalami jalan buntu. Resiko yang ditanggung pun semakin berat. Hal tersebut disebabkan beberapa hal. Pertama, iklim politik dalam kaitannya dengan kepastian usaha pada kebijakan ekonomi baru. Kedua, periode suram perbankan di tahun 2009 dalam kaitannya sebagai pemasok dana modal serta pengembangan usaha. Dalam keadaan demikian resiko yang dialami harus diatasi sebaik mungkin dengan manajeman resiko pada asuransi.

Tak dapat dipungkiri bahwa keadaan demikian membuat dunia usaha harus secepat mungkin merespon strategi ketahanan usaha dengan mempertahankan produktivitas yang semakin meningkat. Dalam rangka menyikapi tantangan tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, Tahun 2009 dapat dijadikan momentum untuk menyeimbangkan pasar bagi dunia usaha atau perusahaan untuk bertahan dari dampak krisis global. Asuransi harus dapat menjadi motor penggerak usaha mengatasi masalah ini dengan citra manajemen resiko yang solutif.

Kedua, Tahun 2009 dapat dijadikan momentum untuk mengembangkan pasar lokal yang selama ini banyak dikuasai oleh perusahaan asing, Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah memperkuat brand image asuransi sebagai produk yang dapat menyokong usaha nasional baik pasar lokal maupun internasional dengan sistem pemasaran yang efektif pasda asuransi. Ketiga, Tahun 2009 dapat dilalui dengan me-review kembali efisensi atau efektivitas kegiatan bisnis perusahaan dengan melakukan perbaikan (efisiensi) sistem distribusi. Asuransi juga harus melakukan upaya efektivitas demi keberlanjutan bisnis.

Keempat, Tahun 2009 saatnya merapatkan barisan baik pemerintah, dunia usaha, dan pelaku ekonomi lainnya untuk mempererat kerja sama sehingga dapat menjadi satu kesatuan ekonomi nasional yang kokoh. Peran pemerintah dan masyarakat harus diselaraskan dengan penanaman citra asuransi yang mampu turut menyokong perekonomian nasional, serta membuat suatu tatanan ekonomi nasional yang selaras dalam dimensi superstruktur, konsepsi, dan realitas sosial menuju pembangunan berkelanjutan.

Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan setelah itu adalah mentransformasikan asuransi pada ekonomi kreatif yang mengarah pada inovasi bisnis dengan menjadi mitra pengembang sektor ekonomi potensial yang sempat menjadi trend 2009 yaitu industri ekonomi kreatif. Cakupannya terdiri dari 14 kategori antara lain periklanan, arsitektur, kerajinan, disain, disain fesyen, pasar seni, film dan video, musik, software (perangkat lunak), hiburan interaktif, serta seni pertunjukan. Disinilah asuransi berperan sebagai pendamping.

Efektivitas asuransi bila berkolaborasi pada ekonomi kreatif yang berkontibusi ekonomi kreatif dalam pembangunan nasional Tahun 2007 diperkirakan mencapai 4,75 persen terhadap PDB Indonesia. Selain itu, Industri ekonomi kreatif diperkirakan telah menyerap 3,7 juta tenaga kerja atau 4,7% dari total penyerapan tenaga kerja serta memberikan kontribusi terhadap kinerja ekspor sekitar 7%. Bahkan, ditargetkan oleh pemerintah pada tahun 2009 penyerapan tenaga kerja akan Sebanyak 5,4 juta atau sekitar 5,9%.

Pemerintah juga rencanannya akan segera menyusun program aksi pengembangan ekonomi kreatif yang ditargetkan bisa memberi sumbangan sekitar 7-8 persen terhadap PDB pada 2015. Dalam teori Alfin Toffler dalam perkembangan peradaban umat manusia yang terbagi menjadi IV fase yang salah satunya menekankan pada ekonomi kreatif, pertama, pemburu-pengumpul dan pertanian; kedua, peradaban yang lahir sebagai hasil ciptaan dari berkembangnya Revolusi Industri dan kemudian,

Ketiga, munculnya peradaban baru yang lahir dan digerakkan oleh Revolusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yaitu abad informasi. Keempat, adalah satu era peradaban yang dicirikan dengan munculnya Ekonomi Kreatif. Akar dari landasan ekonomi kreatif sebenarnya adalah hal yang belum pernah untuk dipergunakan. Ide kreatif ini dapat melibatkan  sebuah usaha penggabungan du ahal atau lebih ide-ide secara langsung (John Adair, 1996). Kecenderungannya ada pada pengembangan IPTEK dan Sumber daya Intelektual. Dan akan sangat dinamis bila asuransi dalam hgal ini mengambil peran strategis.

Pada akhirnya, menurut Teori Inovasi Schum Peter ekonomi kreatif akan mentransformasikan diri pada wujud nyata inovasi yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Asuransi pun akan semakin penting untuk mengambil peran pada penyokong Inovasi adalah memikirkan dan melakukan sesuatu yang baru, menambah atau menciptakan nilai-nilai manfaat sosio-ekonomi (Gede Raka, 2001). Jadi dapat dikatakan asuransi akan lebih berdampak pada kemaslahatan masyrakat sebagai umpan balik.

Kerativitas dan inovasi memiliki hubung kausalitas, karena kreativitas maka timbul inovasi. Kreatifitas merupakan langkah pertama menuju inovasi  yang terdiri atas berbagai tahap. Kreatifitas berkaitan dengan produksi  kebaruan dan ide yang bermanfaat dan diteruskan dengan inovasi yang berkaitan dengan produksi  atau adopsi ide yang bermanfaat dan implementasinya. Sementara asuransi memegang peranan penting agar peran dari kreativitas dan inovasi terus berlanjut menjadi lebih bersinergi.

Hal tersebut merupakan solusi dari sebuah persaingan yang semakin ketat di dunia usaha, membidik konsumen dengan diferensiasi produk yang inovatif dan mencipta ruang baru diversivikasi usaha yang semakin berkembang. Bila hal ini diperhatikan bukan tidak mungkin Indonesia akan setara dengan negara maju yang sudah berhasil menerapkan industri ekonomi kreatif seperti Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Inggris Jepang, Singapura dan Korea Selatan.
continue reading Asuransi dan Ekonomi Inovatif 2009

Senin, 14 September 2009

Ekonomi Alternatif: Solusi Kegagalan Kapitalisme Ekonomi


Perusahaan-perusahaan raksasa Amerika bertumbangan. Semuanya akibat kegagalan sistem kapitalisme liberal (Laissez Faire)  menata perekonomian global dengan kebebasan.

Krisis Amerika Serikat bermula dari macetnya kredit perumahan. karena ternyata para pemilik rumah memang tidak mampu membayar cicilan kredit dengan bunga yang sangat tinggi. Hal trersebut merembet ke seluruh sektor perekonomian, terutama sektor keuangan yang mengalami krisis paling signifikan. Lalu kemudian berdampak ke berbagai belahan dunia.

Di Amerika, krisis ini menyebabkan harga rumah turun sampai 16%, angka pengangguran meningkat bersama meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan-perusahaan yang terguncang krisis. Akhirnya penjualan property macet. Berbagai lembaga keuangan raksasa bangkrut, umumnya adalah perusahaan yang terlibat dalam pemberian kredit, penjaminan kredit, dan asuransi kredit perumahan subprime mortgage.

Tapi ketika Maret 2008, The Fed (Federal Reseve, Bank Sntral AS) membantu Bear Stearns, bank investasi di Wall Street, 29 milyar dollar, untuk kemudian dikawinkan dengan JP Morgan (salah satu perusahaan pemberi kredit)untuk dapat terus memberikan pinjaman dan mendongkrak perekonomian Amerika. Akhirnya, banyak pengamat yang meramalkan krisis telah berakhir. Alasannya, meski rendah, toh buktinya ekonomi Amerika masih terus tumbuh.

Sampai 6 bulan kemudian, September 2008, Fanny Mae dan Freddie Mac (Fund Management) tersungkur dan harus disuntik 200 milyar dollar. Lalu disusul bankrutnya Lehman Brothers dan sejumlah raksasa lainnya. Oleh karena itu tampaknya sekarang tak ada ahli yang berani meramalkan sampai kapan krisis ini berakhir. Pada dasarnya, suntikan dana tersebut berfungsi untuk menstabilkan roda perekonomian. Namun nyatanya memperparah keadaan.

Meski pemerintah akan memborong saham bermasalah itu, seperti ditulis Profesor Paul Krugman, pengajar ekonomi Princeton University di The New York Times, 19 September lalu, “Pertanyaannya, apakah itu dilakukan dengan benar?’’. Yang pasti, krisis ini sudah berlangsung setahun lebih dan Krugman menyebutnya sebagai slow motion crisis alias krisis dengan gerak lambat.

Dampak yang ditimbulkannya juga terus menggelembung. Pada Juli 2007, Ketua The Fed, Ben Bernanke, menghitung krisis ini akan menimbulkan kerugian tak sampai 100 milyar dollar. Nyatanya sekarang dibutuhkan dana 700 milyar dollar untuk menjamin kredit macet (bad debt). Beberapa ahli meramalkan jumlah itu akan membengkak menjadi 1 triliun dollar atau lebih.

Laissez Faire dan Krisis Ekonomi

Apa yang terjadi di Amerika ini menjadi pelajaran berharga. Inilah bukti bahwa sistem kapitalisme laissez-faire yang liberal selalu menyebabkan krisis, mulai krisis ekonomi terparah di tahun 1929, sampai krisis lainnya, dan terakhir krisis subprime mortgage ini.

Para ahli sepakat bahwa krisis ini disebabkan tak adanya regulasi yang mengatur pasar saham Wall Street. Pasar dibiarkan mengatur mekanismenya sendiri dengan sebebas-bebasnya. Di dalam ideologi kapitalisme liberal, regulasi adalah barang haram. Oleh karena itu mantera yang harus terus diamalkan adalah deregulasi sektor ekonomi.

Dalam sistem kredit perumahan, misalnya, kredit diberikan kepada orang di luar kemampuannya. Dan itu banyak sekali terjadi. Maka ketika tiba waktunya, terang saja pembayaran kredit itu macet. Parahnya kredit-kredit macet itu bisa menjadi surat berharga-obligasi, bond, surat utang, dan sebagainya-dengan nilai rendah. Ia terjual laris-manis ke mana-mana ke seluruh dunia. Sementara bank mendapat return yang tidak seimbang.

Maka dalam editorial 20 September lalu, koran terkemuka Amerika, The New York Times dengan sangat keras mengecam sistem kapitalisme liberal yang diterapkan pemerintahan Presiden Bush sebagai sumber malapetaka ini. Menurut editorial itu, rakyat Amerika harus diberi tahu kebenaran yang fundamental bahwa krisis yang sekarang menerpa Amerika terjadi sebagai hasil sebuah kesengajaan dan kegagalan sistematik dari pemerintah untuk mengatur dan memonitor aktivitas bankir, kreditor, pengelola dana, asuransi dan pemain pasar.

Kegagalan pengaturan itu, pada masanya, didasari pada kepercayaan suci Adam Smith yang dianut dari pemerintahan Bush bahwa pasar dengan tangan silumannya bekerja dengan sangat baik ketika ia dibiarkan mengatur dirinya sendiri, mengawasi dirinya sendiri. Akhirnya Amerika sekarang harus membayar mahal harga khayalan itu tulis editorial tersebut.

Maka berbagai penjaminan, penalangan, yang sekarang dilakukan pemerintah, menurut editorial tersebut, hanya langkah pertama. Setelah itu, yang harus dilakukan adalah bekerja keras untuk membuat regulasi yang dibutuhkan oleh sebuah sistem keuangan yang terpercaya. Setelah itu, dilakukan pengetatan aturan yang akan meregulasi seluruh kegiatan perekonomian.

Ekonomi Alternatif

Sekarang saja, Indonesia sudah mulai merasakan imbas krisis di Amerika dengan jatuhnya indeks di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Apalagi para pemain di BEJ didominasi asing. Kalau mereka menarik investasi jangka pendek itu karena suatu keperluan di negerinya yang sedang dilanda krisis. Maka kita akan kehilangan sumber modal finansial dan usaha, setelah itu ekonomi akan lesu.

Dialin hal, sistem ekonomi setengah kapitalis yang dianut pemerintahan SBY-Kalla, masih menguntungkan segelintir kaum pemodal besar. Kekayaan mereka melonjak berlipat-ganda. Sementara mayoritas rakyat bertambah miskin. Itu sudah terbukti selama ini dan terjadi di mana saja sistem kapitalisme dipraktekkan, termasuk di Amerika Serikat. Lihat bagaimana rakyat kecil mati terjepit karena berebutan zakat, mati karena kurang gizi atau kelaparan. Itulah yang terjadi selama ini.

Oleh karena itu, Indonesia harus melirik ekonomi alternatif dalam menantang sistem ekonomi global, yaitu ekonomi pengelolaan sumber daya. Melihat dasar filsafat perekonomian yaitu, pemenuhan kebutuhan. Bahwa yang harus menjadi fokus perhatian adalah bagaimana memenuhi kebutuhan dengan pengolahan sumber daya alam secara maksimal. Hal tersebut akan mendorong geliat sektor usaha. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara sektor finansial yang saat ini mengalami goncangan, kembali difungsikan kembali secara maksimal sebagai penunjang pemberian kredit usaha. Dengan menurunkan suku bunga pinjaman. Bukan memperluas kredit untuk mendorong konsumsi. Jika masyarakt maju karena usaha, kemandirian bangsa akan tercipta. Dan akhirnya tingkat konsumsi masyarakat akan maksimal meningkat.

Membicarakan ekonomi alternatif pengelolaan sumber daya. Maka opsi yang telah berjalan saat ini ada dua, yaitu paham kerakyatan dari mazhab Hatta dan Ekonomi Syari’ah dengan religiusitas bermuamalah. Keduanya memiliki titik temu dalam landasan berfikir ekonomi. Yaitu, keadilan (equality), kekeluargaan (Brotherhood), Kesepahaman (Agreement), dan yang terpenting bukan semata-mata keuntungan (Profit). 
continue reading Ekonomi Alternatif: Solusi Kegagalan Kapitalisme Ekonomi

Jumat, 22 Mei 2009

Pejabat Mirip Penjahat


Negeri ini tak pernah kehabisan perkara. Kali ini giliran Antasari Azhar, pejabat KPK yang tersandung kasus pembunuhan. Lalu seperti apa citra pejabat dimata khalayak masyarakat bangsa ini.

Menengarai paduan kasus para pejabat, seperti menyamakan persepsi dengan perjalanan seorang penjahat. Belakangan diduga seorang fenomenal ikon 2008 pada salah satu majalah, yaitu Ketua KPK Antasari Azhar terlibat kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran. Seperti gelegar petir disiang bolong, mengagetkan.

Sepertinya, kredibilitas pejabar mulai luntur. Paradigma bahwa pejabat adalah panutan yang mestinya ‘digugu’ juga ‘ditiru’, lusung sudah. Apalagi hanya karena skaldal perempuan, seorang caddy girl di Modernland Golf, Tanggerang. Begitu naif rupanya untuk dijadikan penelusuran lanjut. Esensinya juga tidak setingkat ketimbang mengurus kemiskinan negeri ini.

Kasus kelam para pejabat bukan sekali ini terjadi, yang paling nyaring terdengar memang kasus perselingkuhan dan tindak korupsi, akhirnya adalah pembunuhan. Berbagai nama tersohor ikut masuk lubang hitam, sampai akhirnya tidak mendapatkan tempat di mata masyarakat. Jika ditarik lebih jauh ihwal citra adalah imbas dari perilaku, wong bejat, yo bejat wae citrane…
continue reading Pejabat Mirip Penjahat

Senin, 11 Mei 2009

Jurnalisme Ilmiah


Prolog ringkas tentang jurnalistik ilmiah cukup diwakili bahwa ini adalah suatu hal yang baru, bahkan satu-satunya di Indonesia. Karena setelah saya cek ulang dari beberapa literatur buku dan dunia virtual memang belum ada definisi secara khusus mengenai tema diatas. Saya baru diilhami saat melakukan perenungan setelah mempelajari mitologi ilmiah dan materi jurnalistik secara terpisah dengan konsep hibridasi cultural studies.

Ternyata keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ibarat menimbang sesuatu, hal yang perlu diperhatikan adalah takaran yang diasimilasikan dengan kontens. Dalam mitologi ilmiah, gagasan dikemas amat struktural, bahkan dilarang keras untuk melanggar aturan main sistematika penulisan baku. Setiap delik plotnya sudah diatur dan ditetapkan sebagai kaidah umum.

Belum lagi, dialektika intelektual di ruang penalaran ilmiah yang sedikit kaku, sakral dengan sistematika yang memenjara alternatif lain diluar mazhab ilmiah struktural, bahkan sesekali menimbulkan efek jenuh bagi setiap penganut dan pembacanya. Walaupun selentingan tersebut tidak sepenuhnya benar, ada sedikit ilham yang dapat diambil terkait mitologi ilmiah dan alternatif dalam merespon paradigma tersebut dengan dinamis, luwes, dan efektif.

Hal lain yang fundamental dalam kaitannya dengan hibridasi ranah ilmiah dan jurnalistik adalah aspek praksis. Belum terdapat suatu mekanisme tentang disiplin ilmu teknis lapangan pada mitologi ilmiah. Contohnya, dalam bab metodologi penulisan, pokok bahasannya meliputi Metode Penulisan (pengolahan data dan sumber), tempat pelaksanaan, dan waktu penulisan. Sementara, bagaimana caranya belum dibahas secara spesifik oleh mitologi ilmiah. Contoh, teknik observasi, teknik investigasi, dan analisis sosio-ekologis objek penelitian.

Sementara dunia jurnalistik memberikan rangkaian pelengkap dalam menjawab kekurangan tersebut. Teknik wawancara untuk observasi lapangan, investigasi untuk pendalaman masalah pada objek penelitian, teknik pengembangan dan pendalaman isu untuk merangkai gagasan dalam pembahasan, dan teknik reportase untuk menunjang analisis sosio-ekologis objek penelitian. Disamping itu, jurnalistik juga berguna dalam membantu mencarikan informasi tentang isu yang sedang berkembang.  

Catatan penting lainnya bahwa setiap ide dan gagasan yang menilik suatu permasalahan untuk dilerai secara lebih menarik dan efektif agar masuk dalam peminatan pembaca. Hal tersebut penting, karena transfer gagasan meliputi paradigma yang membentuk harus mempertimbangkan keseluhan ide dikemas secara utuh dan tidak menjenuhkan. Bahasa jurnalistik biasanya sedikit lugas, variatif, dan sedikit provokatif. Dengan begitu muatan ilmiah yang dikemas dalam bahasa jurnalistik dapat lebih diterima masyarakat umumnya.

Dari beberapa argumentasi tadi, saya merumuskan sebuah hibridasi konseptual lintas dimensi antara jurnalistik dengan mitologi ilmiah, maksudnya ada proses penciptaan atau replikasi bentuk mutan lewat perkawinan silang yang menghasilkan entitas campuran, tidak lagi utuh dan kemudian membentuk wujud baru. Tetapi tetap menyisakan sebagian identitas diri dari dua unsur yang dikawin-silangkan. Hal itu bernama jurnalistik ilmiah.

LKM Dan Peralihan Dinamis


Semenjak didirikan, LKM mengalami berbagai perubahan. Diskusi menjadi kajian, penulisan meluas dalam beragam bentuk (fiksi dan non fiksi), retorika menjadi public speaking. Artinya kita sadar bahwa peralihan adalah sebuah keharusan untuk menjunjung perubahan yang dinamis. Agar tidak punah kemakan orientasi zaman, lebih adaptif melawan persaingan, dan menjadi asa bagi kemajuan masa depan.

Tidak ada salahnya saya menyarankan untuk menjamah bentuk baru ke ranah jurnalistik ilmiah dari tahun ini kedepan. Bentuk konkretnya adalah jurnal ilmiah yang bercermin pada balairung UGM. Beberapa alasan lain yang mungkin dapat menjadi pertimbangan. Pertama, secara tidak langsung kegiatan umum LKM bersinggungan dengan ranah jurnalistik, contohnya KREATIS dengan investigasinya, Public Speaking dengan Teknik Reportasenya, dan kajian dengan bahasan isu yang aktual media masa.

Kedua, khususnya dalam konotasi penulisan mencakup ranah yang cukup luas dan etis untuk dikaitkan dengan dunia jurnalistik. Kita terlalu sempit memaknai dunia dengan paradigma yang biasanya  ada, jarang melihat jauh keluar konteks (out of the box). Penulisan bukan hanya esai dan karya tulis (non fiksi), tapi luas seperti tajuk, berita, resensi, dan feature. Sementara untuk fiksi diantaranya cerpen, novel, dan puisi.

Jurnalistik ilmiah mengarahkan konsistensi LKM dimasa depan, sebagai organisasi yang harus tetap hidup dengan kualitas tinggi. Kajian kita seringkali menguap tanpa wujud, sehingga tidak ada jejak sejarah masa depan untuk direfleksikan. Dengan begitu dianggap perlu menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah media alternatif, dengan mengagas jurnal LKM yang memuat ilmu pengetahuan sebagai kekuatan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat seperti diungkan oleh Francis Bacon.

Tantangan Informasi


Selanjutnya yang harus dipersiapkan adalah penguatan internal terkait masalah kecemasan informasi pada LKM sendiri. Sebab, cerminan Jurnal Balairung UGM dapat dikatakan mumpuni dari segi kualitas. Mereka dapat merubah wacana menjadi wawasan. Dapatkah kita bersaing dan kemudian mengungguli ranah pemikiran konco-konco balairung UGM. Tergantung kerja keras kita berusaha.

Menurut Alwin Dahlan, kecemasan informasi merupakan sikap pasif dari tantangan perubahan yang dinamis. Bentuk konkretnya dapat berupa. Pertama, sikap ketidakberdayaan menghadapi informasi, hal ini diakibatkan oleh lemahnya analisis, bingung menghadapi serangan informasi yang bertubi sehingga sulit mencari prioritas yang akhirnya tidak berbuat apa-apa, atau kurang wawasan sehinga sulit melakukan sistesis lintas diskursus. Kedua, kecemasan akan kekurangan informasi. Hal ini berkaitan dengan sumbe-sumber informasi, jauhnya kita mempengaruhi daya kritis.

Ketiga, kekurangan tentang makna dan nilai informasi. Pandangan yang sempit tengang arti sebuah fenomenologis seringkali berbenturan dengan paradigma umum, akhirnya substansi ideal tidak telihat begitu jelas, dalam arti takut berbeda karena tabu dengan nilai dan norma seharusnya. Keempat, kecemasan terhadap teknologi informasi, hal ini berkaitan dengan penggunaan sarana informasi virtual. Channel pendukung dan komunitas pengetahuan. 

Terakhir, dalam konsepsi optimistis, bila fakta adalah pernyataan. Maka yang dimaksud dengan penjelasan fakta adalah makna pernyataan yang mengarah pada kesiapan kita melawan tantangan informasi, merobek kecemasan dan mengubahnya menjadi kerja keras. Semoga faktanya menjadi suksesi bersama. Membuat jurnal mahasiswa ala LKM UNJ dengan kekhasan alitik ilmiahnya.    
continue reading Jurnalisme Ilmiah

Senin, 04 Mei 2009

Krisis Pendidikan dan Nasib Bangsa


Tidak hanya ekonomi yang dilanda krisis, pendidikan pun berada dalam kondisi yang cukup krusial. Menjadi rapuh, sampai nasib bangsa ini benar-benar terpuruk dalam kebodohan generasi secara sistemik.

Melihat realita perubahan sosial saat ini, siklus sistem nilai telah mengalami transisi yang cukup signifikan. Saat itulah krisis melanda organ masyarakat, mereduksi kearifan budaya, menjadi tatanan kleptofobi. Seterusnya masyarakat akan mencabut nurani memandang gejala disekelilingnya.

Krisis merupakan suatu iklim menyeramkan. Mendahului transisi peradaban manusia. Lalu mencipta kesengsaraan. Beberapa pakar peradaban seperti Arnold Tonybe mengatakan krisis merupakan dampak dari ketidakmampuan manusia menanggapi tantangan perubahan lingkungan dari sisi interaksi dan budaya.

Dalam konteks pendidikan, krisis saya maknai dengan hilangnya ruh orientasi untuk humanisasi. Karena itu adalah inti dari proses pendidikan. Patologi komersialisasi telah mengulang sejarah pendidikan jaman penjajahan dulu. Menjadikan pendidikan semakin sulit dijangkau kaum miskin.

Pada akhirnya, secara agregat bangsa kita pun akan kehilangan daya saing. Karena tingkat pendidikan akan menentukan kecakapan keterampilan dan wawasan semakin menurun. Akan semakin kecil generasi bangsa ini yang cerdas nantinya.

Polemik Pendidikan

Bila terus kita telusuri, masalah pendidikan kita seperti benang kusut yang tak berujung. Sulit ditarik kesimpulan, bahkan linglung harus membenahi yang mana. Mulai dari anggaran pendidikan 20 persen yang tidak dikelola dengan baik, sampai akhirnya mendapat predikat pengelolaan terburuk sedunia (Kompas, 2/04/09). Dana BOS banyak tersendat dikantong birokrat.

Angka partisipasi pendidikan cukup memprihatinkan, sekitar 0,5 persen anak usia SD, 45 persen usia SMP, dan 60 persen usia SMA tidak bersekolah. Secara definitive angkanya mencapai puluhan juta anak. Berbeda dengan Negara lain, seperti Jepang, Korea, Singapura, dan Taiwan yang hampir seluruhnya sudah bersekolah dengan fasilitas yang mumpuni.

Dalam standard penilaian UN pun masalah itu terjadi, angka rata-rata tinggi menimbukan masalah baru, depresi bagi siswa. Padahal pendidikan seharusnya dijalani dengan “fun”, sebagaimana termaktub dalam buku Revolusi Cara Belajar. Secara teoritis UN pun dianggap belum cukup mewakili minat dan bakat anak untuk mendapatkan tempat.

Dari sekian masalah diatas, setidaknya dapat memberikan gambaran bahwa krisis dengan pendidikan seolah berdamping seiring, walau secara substansial memiliki karakter yang berbeda. Dalam pendidikan krisis dengan hilangnya ruh orientasi humanistik mengakibatkan pendidikan seperti komoditas.

Nasib Bangsa

Pendidikan tak ubah seperti wadah oportunis yang mudah dijadikan tumpangan untuk sebuah tujuan yang melenceng. Lau bagaimana dengan nasib bangsa ke depan ?

Masihkah impian Ki Hajar Dewantara itu terpatri dalam setiap penyelenggaraan pendidikan negeri ini. Pendidikan menuju perikehidupan bersama dengan memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat). Masudnya tidak tergantung pada orang lain, berdiri sendiri, dan dapat mengatur dirinya sendiri.

Saat ini, impian tersebut hampir tidak ditemui pada level bawah masyarakat, pendidikan seperti momok yang jauh dari angan. Karena mahal dan penuh dengan intrik komersial. Siswa bukan dijelali ilmu, tapi proyek guru dari jalan-jalan sampai iuran gedung yang tiada habis.

Berkaitan dengan hal tersebut, mari kita analisis nasib bangsa kedepan untuk sama-sama paham bahwa seharusnya pendidikan adalah sektor fundamental membangun perdaban suatu bangsa. Bila jepang runtuh pada peristiwa bom atom Hiroshima-nagasaki (1945), yang dibangun pertama kali adalah sektor pendidikan untuk bangkit menjadi Negara maju.

Indonesia tak kunjung sadar, sampai keadaan menuntut kita menjadi semakin tidak berdaya terhadap segala perubahan. Meski kita sudah merdeka 60 tahun, penjajahan masih terjadi. Korelasi pembangunan Negara dengan pelaku inti sumber daya manusia akan terputus, dan akhirnya menimbulkan disparitas orientasi.

Samapi taha ini, arah pembangunan kita akan mudah dikendalikan oleh pihak asing, dan tujuan Ki Hajar Dewantara pupus. Solusi dari keadaan tersebut adalah: Pertama, timbulkan jiwa patriotis dalam semangat belajar. Hal tersebut akan mengingatkan kembali penyelenggaraan pendidikan dengan filsafah Negara.

Kedua, menjadikan pendidikan sebagai alat perlawalanan atas bentuk penjajahan baru di bangku sekolah. Misalnya, mentang iuran yang tak jelas ujung pangkalnya terhadap penyelenggaraan pendidikan. Ketiga, merancang model pembelajaran dengan pendekatan minat, bakat, serta kebutuhan siswa dalam transisi perubahan yang semakin dinamis.    

continue reading Krisis Pendidikan dan Nasib Bangsa

Kamis, 16 April 2009

Menyoal Netralitas Pemilu 2009


Legitimasi pemilihan umum legislatif yang dilaksanakan tanggal 9 April 2009 diklaim sebagai pemilu terburuk sepanjang era reformasi. Bahkan terancam gagal karena jauh dari sikap jujur, bermartabat, adil, dan demokratis.

Permasalahan yang muncul pasca pemilu legislatif adalah diketahui banyaknya Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang kehilangan hak konstitusinya untuk memilih, jumlahnya mencapai jutaan suara. Padahal hak memilih adalah amanat hak asasi manusia yang dijamin oleh Undang-undang Dasar 1945. Pelanggaran atas hak memilih berarti melanggar konstitusi dan harus masuk proses pengusutan ulang oleh penyelenggara pemilu.

Tidak hanya itu, pelaksanaan pemilu juga disinyalir banyak diwarnai kecurangan dan kesalahan administrasi serta substansi sistemik sehingga mengakibatkan kualitas pemilu mejadi buruk, bahkan terancam digagalkan. Hal tersebut kemudian ditindak lanjuti oleh beberapa tokoh dan partai politik yang berjumlah 14 perwakilan dari 38 peminpin partai dengan melakukan deklarasi sikap terhadap pemilu legislatif 2009. Arahannya adalah aklamasi politik yang tidak netral oleh Pemerintah, KPU, dan KPUD.

Tuntutannya antara lain. Pertama, mendesak KPU, Banwaslu, dan Pemerintah menindaklanjuti semua laporan kecurangan pemilu dan menegakkan hukum terhadap pelanggaran /kecurangan yang terjadi. Kedua, menjamin adanya hak konstitusi warga Negara untuk memilih, khususnya bagi mereka yang tercabut hak-haknya karena DPT. Karena itu, DPT harus diperbaiki untuk memastikan setiap warga Negara memiliki hak untuk memilih demi tercapainya demokrasi yang partisipatif. 

Permasalahan diatas bermuara pada inkonsekuensi Pemerintah, KPU, dan Banwaslu dalam peneyelenggaraan pemilu. Beberapa pihak menilai hal tersebut tidak sesuai dengan netralitas nilai yang dijunjung. Pasalnya, beberapa implikasi mulai muncul, bila semua desa dipetakan terlihat adanya korelasi positif antara desa yang banyak menerima bantuan langsung tunai dan peta kemenangan Partai Demokrat. Sebaliknya, di daerah partai demorat berpotensi kalah, terutama di kota besar, banyak warga yang tidak masuk DPT.

Dari polemik tersebut, kiranya dapat dianalogikan bahwa Pemilu sekarang tak ubahnya mengalami bureaumania, berupa kecenderungan inefisiensi, penyalahgunaan wewenang, kolusi, korupsi, nepotisme dan politisasi suara rakyat. Birokrasi cenderung dijadikan alat status quo untuk mengkooptasi masyarakat, guna mempertahankan dan memperluas kekuasaan monolitik partai dan rezim berkuasa. Hal tersebut yang dianggap tidak netral.

Agaknya hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Antlov-Cederroth dan Charles E. Lindbolm bahwa praktik politik di negara-negara berkembang yang menunjukkan pemihakan pada birokrasi (pegawai pemerintah) pada suatu partai politik, telah memunculkan ketidakpuasan-ketidakpuasan politik, khususnya dan birokrat itu sendiri. Keasyikan birokrasi bermain dalam politik, pada titik tertentu, telah menghasilkan kecenderungan birokrasi yang korup, tidak efisien dan amoral. Hal ini akan menjadi perhatian kita bersama untuk perbaikan.

Pada intinya harus ada peneyelesaian hukum dan pembuktian tentang adanya Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang kehilangan hak konstitusinya untuk memilih, kecurangan dan kesalahan administrasi serta substansi sistemik harus segera diusut sebelum pelaksanaan pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Peran netralitas pemerintah harus segera diperbaiki, sesuai denga pendapat Wilson bahwa pemerintah berfungsi melaksanakan kebijakan politik, memastikan regulasi berjalan dengan baik.

Sehingga birokrasi itu harus berada di luar kajian politik dan masuk pada aspek netralitas nilai, apalagi berpihak pada satu Partai Tetentu dengan memanfaatkan wewenang pemerintahan. Bila hal tersebut masih terulang, bukan tidak mungkin prahara Orde Baru dengan hegemoni kekuasaan menghasilkan kepemimpinan yang tiran dan penuh dengan egoisme terhadap pemulihan kondisi bangsa. 

continue reading Menyoal Netralitas Pemilu 2009

Rabu, 25 Februari 2009

Mutanologi Hubungan SBY-JK


Penantian DPD Golkar untuk menunggu pinangan SBY berakhir dengan lontaran JK yang akan maju sebagai calon presiden pada pemilu mendatang. Hal tersebut ditaksir mirip dengan parodi mutanologi politik, yang mengakibatkan efek diskontinuitas dalam pemerintahan.

Dimulai dari Wakil ketua umum Partai Demokrat (PD) yang mengeluarkan pernyataan nyeleneh, kemudian meyakitkan kalangan Golkar, dan ketua Dewan Pembina PD Yudhoyono tidak menggelar jumpa pers khusus untuk menegur dan kemudian meluruskan kekeliruan Ahmad Mubarok sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat yang memperkirakan perolehan suara Golkar dalam pemilu legislatif April sekitar 2,5 persen saja.

Maka Ekses dari peristiwa tersebut menimbulkan beragam tanggapan, kasus itu dijadikan pelatuk untuk memprovokasi pecahnya aliansi SBY-JK, seperti efek mutanologi yaitu tumpang-tindihnya hubungan politik yang mengakibatkan efek diskontinuitas pada pemerintahan. Kemudian munculah beberapa respon, diantaranya PKS yang rencananya ingin menyandingkan JK dengan Hidayat Nur Wahid, atau hasil survei Rapimnas Golkar 2008 yang menyatakan bahwa JK lebih cocok dengan Hamengku Buwono X.

Singkatnya, hal tersebut merupakan gejolak wacana perpolitikan yang mesti ditengarai efeknya dalam rentan waktu mendekati pemilu 2009. apalgi pemerintahan harus terus berjalan, walau menjelang pesta demokrasi. Carut-marut negera juga masih rentan. Biasanya semakin dekat hari pelaksanaan pemilu, iklim politik akan semakin sensitif. SBY-JK yang awalnya tenang ditengah panasnya gemuruh PDIP yang sibuk mencari pasangan Megawati menjelang dan sampai Rakernas PDI-P di Solo, kini disusul aliansi SBY-JK yang goyang.

Konflik SBY-JK

Dalam sejarah pemerintahan SBY-JK (2004-sekarang) bukan saat ini saja terlihat retak hubungan keduanya, tercatat lima kali sudah konflik itu terjadi.

Pertama, pada agustus 2005, JK diragukan dapat, menyelesaikan perjanjian damai Aceh di Helsinki. Kemudian SBY meminta menko Polhukam Widodo AS, penasihat dalam tim itu untuk berpidato sedangkan JK meminta Hamid Awaludin yang merupakan juru runding untuk berpidato. Kedua, pada Juni 2007 kunjungan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yeuw ke Indonesia memuji konsep pembangunan Indonesia yang dijelaskan kepadanya dan menyebut JK sebagai the real president. Membuat SBY iri hati.

Ketiga, pada September 2008 Dino dalam konferensi pers mengatakan Presiden SBY menugaskan Wapres JK membantu penyelesaian konflik Thailan Selatan, atas penjelasan itu Wapres menegur juru bicara presiden Dino Patti Djalal yang telah memberi keterangan soal pertemuan penyelesaian konflik Thailand Selatan. Keempat, pada februari 2008 dalam kunjungan menlu AS Hillary Clinton, JK ingin bertemu Hillary karena ingin menitipkan proposal perdamaian Palestina-Israel, tapi oleh protokol Deplu tidak diagendakan.

Kelima, pada februari 2008 juga pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ahmad mubarok soal kemungkinan perolehan suara golkar hanya 2,5 persen dalam pemilu 2009 langsung ditanggapi JK, selanjutnya SBY melanjutkan konferensi pers meminta maaf. Bisa jadi saat ini adalah puncak dari domino konflik SBY-JK, apalagi dengan dekatnya pemilu 2009.

Pelajaran Mutanologi Politik

Beberapa hal yang mungkin dapat dipetik pelajarannya dari peristiwa ini adalah: pertama, kisruhnya iklim politik dan pemerintahan bila seseorang merangkap jabatan inti dari keduanya. Hal ini ada pada SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan JK Sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Sedangakan di pemerintahan mereka memiliki posisi sebagai presiden dan wakil. Seterusnya rangkap jabatan sentral harus diatur lebih ketat dalam undang-undang agar tidak tumpang-tindih.

Kedua, terjadinya provokasi politik yang tidak sengaja akan menimbulkan iklim politik menjadi panas. Ahmad Mubarok sebagai Wakil Ketua Umum PD menimbulkan efek invasi dari partai Golkar yang kembali menghasut JK untuk siap mencalonkan diri menjadi presiden. Seterusnya tindakan elit partai politik sekecil apapun harus lebih hati-hati dalam kaitannya dengan persinggungan  isu yang belum tentu benar.

Dari dua pelajaran itu dapat diramal Hubungan SBY-JK akan mengalami Mutanologi pasca pemilu 2009, yaitu perubahan, rekombinasi, redesain, atau reposisi pada struktur politik yang memisahkan keduanya dan membentuk pasangan baru. Hal ini dapat masuk dari dorongan partai masing-masing, atau informasi media yang mempengaruhi masyarakat dan terus membahas tentang efek diskontinuitas ini. 
    
Pilihan politik apapun dari SBY dan JK tentu sah-sah saja. Namun, kita sebagai masyarakat hanya berharap agar pilihan-pilihan itu tidak mengorbankan kinerja pemerintahan hasil pemilu 2004 yang masih terus berlangsung sampai akhir Oktober 2009 mendatang. Itu artinya, kawin-cerai politik boleh-boleh saja asalkan kepentingan kolektif bangsa kita tetap menjadi prioritas.
   
continue reading Mutanologi Hubungan SBY-JK

Jumat, 20 Februari 2009

Insting Penulis


Aktivitas menulis dapat dilakukan siapapun, untuk menambah ketajaman analisis dan mendalami isu, penting memiliki naluri.

Kegiatan menulis bukanlah sebuah kegiatan yang berdiri sendiri. Untuk memulai tulisan paling tidak ada berbagai modal yang harus dimiliki oleh penulis. Membaca, diskusi, dan melatih diri untuk menulis adalah modal yang sekaligus roda perputaran yang berpengaruh terhadap kualitas pemikiran. Singkatnya, orang tidak akan dapat menulis kalau tidak membaca, lemah daya analisa karena kurang mengkaji.

Integritas dari kegiatan ini seringkali timpang tidak seimbang. Akhirnya, secara tidak sadar kita telah membodohi diri kita dengan alasan. Malas untuk menulis, tidak ada waktu mengkaji, atau pusing baca buku. Itulah yang sering kita lakukan. Lalu, bagaimana peradaban diri ini bisa berkembang lebih maju, bersiaplah ditindas perkembangan zaman, jika terus dihalang oleh “setan malas”. Dalam tulisan ini pembahasan kita akan mentikberatkan pada pembentukan habit, mengasah insting atau naluri penulisan.

Dasar dari insting penulis adalah “semua bisa jadi inspirasi”. Apapun yang dialami, dilihat, dibaca, didengar, dan dirasakan bermuara pada dasar tulisannya kelak. Bila hal tersebut sudah menjadi nafas, maka proses pembentukan insting pun berjalan. Hal penting lainnya adalah proses internalisasi, yaitu teknik mencerna informasi lebih hidup. Melakukan analisis inter-ekstra disipliner, merubah paradigma lama menjadi baru.

Insting Penulis

Dalam studi humanisme dan humaniora, yaitu bidang ilmu khusus yang mempelajari hakikat kemanusian, terdapat insting dasar yang dimiliki manusia untuk hidup. Hal inilah yang ingin saya asimilasikan dengan prikehidupan seorang penulis. Adapun insting tersebut: pertama, insting eros (survival), yaitu hal yang mendorong penulis untuk terus hidup dengan karya.  Mirip dengan kebutuhan primer, yaitu membaca, rekayasa inovasi, survival, pengalaman, inspirasi, kreativitas, dan sarana prasarana penunjang.

Kedua, Insting dominandi. Yaitu dorongan yang dapat memicu dan memacu kehendak seseorang untuk membuat suatu karya yang bermanfaat dan bernilaiguna. Bukan hanya sekedar mendapat prestige, atau ajang lomba belaka. Tetapi setiap karya yang dibuat harus relevan dengan dinamika kehidupan dan lingkungan, artinya ada kesesuaian antara kebutuhan masyarakat dengan solusi yang diberikan. Dalam ilmu discourse analysis dikatakan bahwa tulisan adalah gambaran keadaan/lingkungan dalam periode tertentu pada eranya.

Ketiga, Insting possendi. Yaitu dorongan yang dapat memicu dan memacu seseorang untuk berprestasi dan berhasil dalam berkarya, memberikan timbal balik terutama bagi lingkungan terdekatnya. Seperti sahabat, keluarga, dan pasangan hidupnya. Implementasinya dalam proses pembentukan insting adalah dalam perolehan inspirasi secara alamiah melalui interaksi sosial. Dapat berupa penelitian tentang perilaku masyarakat, atau fiksi berupa novel, cerpen yang mengulas kembali kisah hidup, dll. 

Keempat, Insting belajar. Menurut kodratnya manusia mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar, mampu berfikir mandiri, memiliki jiwa kompetitif dan kretaif. Sehingga ia pada akhirnya mampu mencapai pemenuhan diri yang optimal. Dengan begitu, sampai mati pun kegiatan belajar harus tetap dilakukan, karena tanggung jawab dan pemenuhan lahiriyah manusia. Apapun yang dilakukan, belajarlah yang menjadi orientasi utama.

Bekal Pemenuhan Insting

Untuk bekal mengasah insting penulisan, ada beberapa hal yang sekiranya dapat menjadi perhatian membentuk pola piker dalam bertindaka. Pertama, sikap keingintahuan dan ketekunan. Seseorang tidak akan termotivasi untukmencari tahu kalau di dalam dirinya tidak ada keinginan untuk mengetahui. Kapan, bagaimana, mengapa, merupakan teman yangs sejatinya berdamping dalam proses pembentukan insting. Kegigihan membuat seorang penulis tidak pernah berhenti menjawab pertanyaan.

Kedua, kepekaan dan keterlibatan. Penulis bukanlah mereka yang hidup dengan “kacamata kuda”. Ia “hidup” dimana saja, bergaul dengan siapa saja, serta memiliki kepekaan. Ketiga, memiliki kekayaan bahan (resourcefulness). Kekayaan bahan ini diperoleh dari banyak tempat, mulai dari buku-buku, wawancara, memandang realitas, keterlibatan dengan hal dan aktivitas. Intinya, berusahalah untuk dekat dengan sumber informasi.

Keempat, seorang penulis tidak ingin menikmati semua jawaban atau gagasan yang ia dapat dengan susah payah seorang diri. Penulis harus memiliki jiwa untuk berbagi dengan orang lain, yang belum membutuhkan jawaban dan pertanyaan-pertanyaan. Selain itu, seorang penulis juga harus memiliki jiwa sosial yang tinggi dalam kaitannya dengan sikap ideal. Sementara hal lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah mood dan inspirasi.

Mood dalam dunia penulisan merupakan suatu rasa yang mendukung berkembangnya gagasan atau ide dasar menjadi lebih terkonstruksi. Namun bukan untuk ditunggu, ia harus diciptakan dengan olah rasa atau mendalami intuisi. Sedangkan inspirasi dapat dating kapan saja. Oleh karena itu kita harus selalu membawa ikatan inspirasi dengan “mind book”. 
continue reading Insting Penulis

Jumat, 16 Januari 2009

Meramal Perubahan 2009


Transisi pergantian tahun dengan beragam perayaan seolah menjadi rutinitas erat yang kita jalani, sekarang bergilir ke 2009. Ketika harapan menjadi tumpuan banyak orang menjalani hidup, dan mimpi seolah tidak lepas dari angan kemajuan. Hal yang positif dari sebuah perjalanan siklus kehidupan. Bahwa kita harus berubah lebih baik, minimal tidak sama seperti apa yang sudah kita jalani.

Namun, tidak semua orang berfikir dan bertindak ihwal perbaikan. Banyak yang meramal bahwa tahun 2009 adalah tahun malapetaka, penuh musibah, dan krisis. Ironisnya, keterkaitan itu erat dengan dunia mistik yang seringkali irasional. Banyak pula yang mencari arti transisi awal tahun baru dengan glamoritas, menjajaki pentas hiburan dan kurang mengingatkan kita pada esensi makna pergantian tahun. Lalu apakah perayaan awal tahunan harus dilewati tanpa makna ? mari kita lakukan rekleksi strategic menuju perubahan.

Untuk merencanakan suatu perubahan, lebih dulu kita refleksikan apa yang ingin dirubah. Kondisi bangsa menjadi fokus menempatkan tumpuan harapan. Mengingat kembali tahun 2008, dinamika permasalahan dari berbagai diskursus masih menyelimuti bangsa kita. Dalam dunia politik misalnya, pelaksanaan PILKADA masih diwarnai kecurangan, persaingan dimaknai untuk saling menjatuhkan. Bukan mengarahkan pada peningkatan kualitas berpolitik.

Tahun 2009, iklim perpolitikan nasional akan memanas, masing-masih partai mulai merancang argumentasi konkret strategi perubahan bangsa. Hal ini harus disikapi secara cerdas oleh rakyat dengan analisis politik kritis, mana yang paling relevan untuk keadaan dan kebutuhan bangsa saat ini. Bagi partai politik, tantangan terbesar adalah konsistensi dan komitmen perubahan haarus terus dijaga. 

Sementara itu, dunia pendidikan masih mengalami tantangan besar peningkatan kualitas dan pemerataan akses. Belum lagi kasus kekerasan dan dehumanisasi baik dilakukan antar siswa, atau pun guru kepada siswa. Hal yang seharusnya tidak terjadi, karena pendidikan adalah proses humanisasi. Kemudian, kontroversi UU BHP dan implementasi anggaran pendidikan 20% dari total APBN yang masih tersendat.

Tahun 2009, konsentrasi dan rencana peningkatan mutu, kualitas, dan pemerataan akses pendidikan harus terus gencar dilakukan melalui berbagai program. Didukung oleh implementasi anggarakan pendidikan 20% dari total APBN dengan pengwasan ketat masyarakat dan adanya transparansi oleh pelaksana. Sementara kontroversi UU BHP masuk ke tahap judicial review, mengkritisi secara filosofi dasar dan implementasi UU BHP dalam uji materi untuk akhirnya dilakukan banding, revisi atau penolakan.

Di lain hal, perekonomian nasional 2008 masih dilanda krisis. Lebih lanjut, depresi seperti ini diproyeksikan akan mengalami kontraksi hingga tahun 2009, bahkan semakin dalam dan melebar 2010. Masuk melalui ranah ekonomi neoklasik IMF, nilai tukar yang semakin menurun, pasar modal yang baru saja dinobatkan masuk dalam peringkat keempat terburuk di Asia dengan level 1.340,89 turun 51,17% dibandingkan akhir 2007. Sementara dunia pebankan kita masih mengalami jalan buntu bagaimana mengalirkan likuiditas ke dunia usaha.

Tahun 2009, nampaknya strategi kemandirian ekonomi harus dilakukan melalui berberapa hal. Pertama, kebijakan ekonomi nonsiklis dimana kebijakan APBN dan moneter menjadi saling terkait dan terpadu. Kedua, hindari kebijakan neo klasik dan kerjasama dengan IMF, jika tidak mau terjerembab dalam kubangan krisis sekarang.

Ketiga, terapkan kebijakan blanket guarantee tanpa batas oleh pemerintah di sektor-sektor fundamental perekonomian untuk mengukuh kepercayaan publik yang kemudian secara efek bola salju memperbaiki kelesuan iklim untuk terus menjalankan roda perekonomian.

Kemudian mencermati aspek sosial 2009, nampaknya jumlah kemiskinan akan semakin meluas dan bertambah, pasalnya PHK secara besar-besaran akan membuat guncangan terhadap stabilitas sosial. Dengan begitu, permasalahan sosial seperti antrean zakat, dinamika BLT, kejahatan, dan benturan kebijakan pengentasan kemiskinan akan terus mewarnai bangsa ini. Ditambah konflik daerah dan gerakan separatis yang semakin menjadi.  

Perubahan Terencana

Intinya pada awal pergantian tahun ini kita harus merencanakan perubahan, seperti yang telah dikatakan Auguste Comte bahwa perubahan itu harus direncanakan dan ditujukan ke arah yang dikehendaki. Maka perlu diingat untuk sebuah perubahan mesti diiringi oleh pertama, optimisme sikap yang membentuk iklim positif. Kedua, komitmen perubahan untuk menjaga stabilitas upaya. Ketiga, norma dan etika dalam kaitannya dengan itikad baik seperti yang dikatakan oleh Manhaeim bahwa inti dari proses prunahan adalah perubahan norma-normanya.   

Tapi agak menarik rupanya jika kita menengok nalar kita pada revolusi perubahan yang ditawarkan Rasulullah Muhammad saw. Bahwa mereka yang hari ininya sama dengan yang kemarin adalah yang merugi, mereka yang hari ininya lebih buruk dari hari kemarin benar-benar binasa. Hanya ada satu pilihan etika perubahan dalam Islam, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.

Itulah konsep untung rugi yang selain memiliki perspektif keduniaan, tapi juga persepektif keakhiratan yang kuat dan jelas. Itu sebabnya dengan gaya bahasa yang lain, tapi memiliki objektif yang sama, mujaddid Pakistan Dr. Sir Mohammad Iqbal, mencoba menyusunnya dalam sebait kata mutiara:

Berhenti, tidak ada tempat di jalan ini
Sikap lamban, berarti mati
Mereka yang bergerak, merekalah yang maju ke muka
Mereka yang menunggu, sejenak sekalipun
Pasti tertinggal...,


Jadi, esensi dari sebuah perubahan adalah selain arah yang jelas tapi juga objektif kondisi yang lebih baik menjadi satu dari dua mata uang logam yang sama, kedua sisinya tak terpisahkan.

Kalau kemudian ditahun 2009 ada tokoh politik yang berhasil merebut tampuk kepresidenan, adalah buah dari pergolakannya mengolah tanda-tanda zaman. Termasuk perusahaan swasta, BUMN, UKM, Koperasi dan lembaga apapun yang berhasil eksis, bahkan unggul dibandingkan lainnya, adalah hasil penalaran yang daam soal esensi dinamika persaingan.

continue reading Meramal Perubahan 2009