Selasa, 11 November 2008

Disruption Media

Menurut futuris Alvin Toffler kecenderungan dunia saat ini telah masuk pada gelombang ketiga atau era informasi, dengan begitu media memegang kendali untuk membawa iklim kehidupan menggugah kodrat manusia dan membentuk tata sosial baru.

Pergeseran ranah transisi kehidupan telah beralih, dari masyarakat pemburu-pengumpul menjadi masyarakat pertanian, kemudian dari masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri. Dilanjutkan dengan abad informasi, pascaindustri, atau posmodernisme dengan berbagai ciri positif yang nampak seperti  berkembangnya tatanan penemuan pada ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan diskursus globalisasi dengan melintasi jarak ruang, bahkan waktu.

Namun, dari kecenderungan tersebut. Ada tata nilai yang menggugah kodrat manusia kearah disruption besar dalam transisi gelombang ketiga tersebut. Francis Fukuyama mengatakan bahwa hal tersebut dicirikan dengan erosi pada modal sosial. Kepercayaan manusia pada manusia lain menipis, kecurigaan dan ketakjuban merebak, serta pelanggaran hukum dan kejahatan semakin meningkat. Proses kerjasama dalam masyarakat berubah menjadi saling memakan dan merugikan.

Dalam transisi tersebut, analisis Francis Fukuyama bukan terfokus pada perubahan, akan tetapi lebih pada akibat terhadap tatanan masyarakat. Yaitu hubungan antar individu secara formal (hukum) dan informal (etika, moral). Dalam perubahan tersebut, menurut hemat penulis tentulah dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh tatanan informasi yang disajikan oleh media. Sebagai penentu arah pembawaan lintas-diskursus tentang informasi, dan bagaimana tatanan sosial masyarakat mencerna.

Beberapa hari lalu, kita dicengangkan dengan pemberitaan media massa bahwa saat ini dengan meningkatnya kejahatan dipengaruhi atau diinspirasi oleh penyajian acara di media. Bahkan lebih kejam. Setidaknya terjadi 13 kasus pembunuhan dengan mutilasi di indonesia. Angka itu tertinggi untuk periode tahunan, sejak kasus mutlilasi muncul tahun 1967. sementara itu, pada tahun 2007 hanya terjadi tujuh peristiwa mutilasi. Hal tersebut mungkin saja dipicu oleh jenis tayangan kekerasan dan pemberitaan kriminalitas yang mendominasi.

Menurut Komisi Penyiaran Indonesia siaran televisi yang mengandung kekerasan telah memasuki berbagai ranah acara televisi ranah sinetron (29,7%), film kartun (6,8%), variety dan reality show (20,9%), klip musik (4,7%), kuiz (6,8%), berita (10,1%) talk show (6,8%), iklan (8,1%), olah raga (2%), lainnya (4,1%). Dari sinilah kemungkinan tata hidup sosial masyarakat kita saat ini dipengaruhi, sebagaimana diungkapkan oleh Melvin DeFleur (1975) media menyajikan stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa.

Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada kenapa media melakuakan sesuatu pada kita, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada kita. Hal tersebut menimbulkan kesenjangan besar antara nilai positif dengan harapan media yang dipengaruhi oleh rating. Hal tersebut akan mengarahkan penyajian informasi yang nihil-esensial. Tidak penting, cenderung hanya untuk hiburan semata. Dengan mengabaikan pengaruhnya di tengah-tengah tatanan sosial masyarakat.

Francis Fukuyama memprediksikan bahwa ketika terjadi Guncangan Besar pada transisi Gelombang Ketiga akan terjipta suatu pergerakan alamiah manusia yang mengarah pada perbaikan. Dengan alasan naluriah bahwa manusia adalah makluk sosial, yang sebagian besar dorongan dasarnya membimbing pada penciptaan aturan-aturan moral yang mengikat dirinya satu sama lain menjadi kelompok-kelompok masyarakat dengan penerapan moral dan norma etika.  

Dalam teori lain perihal media ada peluang dimana media dapat memberikan tayangan edukatif, yaitu teori Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring tayangan yang akan disiarkannya. Secara selektif, “gatekeepers”. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan nilai-nilai edukati dan secara objektif menyusupi tata nilai positif pada tayangan tersebut. Dalam hal hal ini paradigma mengejar rating harus dihapuskan, sebelum masyarakat kita benar-benar sadar.

0 komentar:

Posting Komentar