Senin, 19 Mei 2008

Intuisi dan Realita Kehidupan

Telalu banyak peristiwa yang berakhir tanpa nilai,
Karena ia tak nyata dalam bentuk,
Daun berserakan bisa menjadi pohon,
Karena intuisi berarti ilham, bagi penulis.



Hidup menyimpan banyak pesan yang hanya dapat ditangkap lebih dalam dengan hati. Menyelinap dalam kejamnya dunia, dan terkadang khilaf dalam fatamorgana keindahan materi. Dinamika, suatu kondisi yang hanya bisa dipahami dengan intuisi. Memaknai setiap detik dengan internal wisdom, sehingga dapat tercipta suatu pembelajaran untuk semua dan semasa dalam tulisan.

Intuisi merupakan olah rasa, dimana nurani menjadi tameng bagi abstraksi diri. Jika direnungi, banyak hal yang dipikir secara rasio tapi bertentangan dengan hati. Seperti sesuatu yang dilematis dengan tuntutan kemanusiaan. Penulis lebih cenderung untuk menyikapi rasio yang diolah oleh intusi hati. Karena lebih jujur dan berarti. Untuk hidup dan kehidupan.

Realita bukan apa yang dipikirkan secara ideal, tapi yang nyata untuk dilakoni sebagai hal yang seharusnya dijalani. Menyikapi realita bagi seorang penulis adalah analisis kritis dengan korelasi rasio dan intusi hati. Setelah itu, lakukan suatu pengayaan materi, satu dengan yang lain dengan strategi diferensiasi terhadap kekhususan ilmu. Lakukan secara bertahap dan konsisten.

Jika hal tersebut memancing kebuntuan, bisa jadi anda belum mendapat feel tentang tema yang anda tulis. Anda belum seimbang dalam menggunakan rasio dan intuisi. Bisa jadi anda lebih berfikir teoritis yang melangit, tanpa melihat konteks. Kesesuaian itu perlu, untuk mengisi satu lembaran dengan citra dan perasaan. Agar tulisan punya jiwa yang hidup. Dan bisa berkomunikasi dengan pembaca. Gambarkan diri anda sesuai dengan pesan terimplisit.

Sekarang, apa jadinya jika intusisi melebihi rasio. Yang terjadi dalam tulisan anda adalah bahasa puitis yang tidak punya arah dan plot penulisan. Akan membuat pembaca jera dan lelah melihat tulisan anda. Kuncinya adalah jadikan intusi itu sebagai stimulus mood yang katanya punya peran penting dalam proses penulisan. Jika demikian berilah yang terbaik untuk diri anda dan orang lain.

Satu hal yang tidak kalah penting adalah mengolah kedua hal tersebut sehingga menjadi aksi yang konsisiten, juga tidak mengenal toleransi terhadap kesiaan waktu. Karena yang membuat halangan adalah diri dan kedaan untuk dilakoni. Sisakan moment waktu dalam sehari utnuk sekedar mengolah rasio dan intusi menjadi seimbang dengan terapi angan keseharian. Saluran terbaik adalah buku diary. Namun, coba buat agak bermakna ilwal kontemplasi kehidupan.

Salam cermat untuk kritis dalam bersikap.
Dan selamat menulis demi tanggung jawab dedikasi intelektual

0 komentar:

Posting Komentar