Judul : Endemik Modernitas, Polemik Pembangunan Jakarta
Penulis : Lembaga Kajian Mahasiswa
Penerbit
: Pustaka Kaji
Catakan : I, Maret 2014
Tebal : xxii + 125 Halaman
ISBN : 978-602-99700-36
Modernitas
identik dengan pembangunan. Lalu apa yang terjadi ketika pembangunan telah
berubah menjadi sabotase di ruang-ruang perkotaan? Menyingkirkan semua bentuk
yang dianggap tidak estetik, tidak rapih, dan tidak komersil. Sehari-hari yang
kita temui adalah sebuah fenomena menggusur kaum marjinal di perkotaan untuk
digantikan dengan mesin-mesin ekonomi, agar menghasilkan pertumbuhan, bukan kesejaheraan.
Kota telah
berubah dari masa ke masa. Perubahannya tentu saja berlajan di atas serangkaian
rancang pembangunan. Modernitas adalah produk kemajuan yang dianggap paling
ampuh mengobati penyakit kehidupan. Sayangnya abstraksi modernitas dipahami
hanya sebatas fisik, gedung-gedung tinggi, pabrikan, dan perkantoran. Lalu bagaimana dengan
manusianya? Seringkali pembangunan di era modern mengabaikan aspek bagaimana
manusia hidup.
Lain halnya
dengan analisis Marx dan Durkheim yang melihat bahwa modernitas sebagai suatu
masalah yang rumit. Keduanya malah menganggap bahwa modernitas merupakan suatu
era industri—yaitu wabah kapitalisme. Pada satu sisi memberi nilai tambah
ekonomi, tapi disisi lain berdampak kerusakan. Kota menjadi lahan dimana kerusakan itu terjadi.
Kota
dipaksa menjadi mesin bagi kemajuan modernitas. Maka kota, sebagaimana
disebutkan Marco Kusumawijaya dalam bukunya Kota
Rumah Kita, tak ubahnya metropolis—tempat bagi terjadinya proses
modernisasi yang paling intensif, baik dalam arti konsentrasi maupun besaran,
bila dibandingkan dengan lingkungannya. Metropolis bukanlah suatu tipologi
planologis yang direncanakan dan harus dihindari maupun dijadikan tujuan,
melainkan suatu kondisi objektif yang merupakan dampak logis dari modernitas.
Sebenarnya
modernitas adalah proses yang vital bagi kemajuan kota, jika dikelola di bawah
realitas humanisme. Modernitas juga dianggap sebagai model paling ampuh dalam prototype kota masa depan. Tapi lihatlah
saat ini, pembangunan hanya menjadi simalakama. Pembangunan jadi proyek korupsi
anggaran. Pembangunan menggusur rumah rakyat jadi mall. Pembangunan juga
merobohkan pasar tradisional jadi supermarket. Lalu dimana tempat keberpihakan
pembangunan bagi rakyat kecil?
Buku
berjudul Endemik Modernitas ini adalah potret sebuah polemik pembangunan di Jakarta.
Penulisnya adalah sekelompok mahasiswa dari LKM UNJ. Gaya tulisan dalam buku
ini dibuat dengan gaya feature. Lebih
terlihat seakan sebuah laporan jurnalistik ketimbang buku popular.
Dalam
pembuatan buku ini, mahasiswa melakukan peliputan berbulan-bulan lamanya, menjaga
hubungan dengan tempat yang dijadikan objek liputan. Menemui nara sumber dan
memahami masalah di lapangan. Ini merupakan pengalaman baru bagi mahasiswa yang
biasanya berdiam di rungan kelas yang beku.
Pengambilan
objek liputan juga sepenuhnya inisiatif dari mahasiswa. Hanya pada temanya
diskusi dilakukan secara intensif. Buku ini merupakan sebuah jawaban dari
keresahan yang dialami oleh para mahasiswa yang kuliah di Jakarta. Melihat fenomena
pembangunan yang destruktif, mahasiswa ini melakukan suatu tindakan berupa
rekaman tulisan.
Buku
dengan tema perkotaan ini patut dibaca oleh kalangan umum, baik masyarakat kota
Jakarta ataupun bukan. Buku ini juga baik untuk sarana membangun wacana kritis
bagi kebijakan pemerintahan Jakarta di bidang tata kota, sosial, ekonomi, moral dan
lingkungan. Harapannya ke depan, masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam
pembangunan sebagai sarana untuk keterwakilan civil society agar tidak dirugikan.
0 komentar:
Posting Komentar